inetnews.co.id — Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri mengambil langkah tak biasa dalam menangani kasus tewasnya pengemudi ojek online (ojol), Affan Kurniawan.
Pada Jumat (29/8/2025) sore, Propam menayangkan secara langsung pemeriksaan tujuh personel Brimob yang diduga terlibat, melalui akun resmi Instagram Divisi Propam.
Dalam siaran tersebut, tujuh anggota Brimob tampak duduk berjejer dengan wajah tegang, mengenakan seragam tahanan hijau khas Propam.
Mereka berhadapan dengan tim penyidik, sementara kamera menyorot detail ekspresi penuh tekanan.
Langkah transparan ini sontak menuai perhatian publik. Alih-alih tertutup, proses pemeriksaan justru mirip sebuah reality show hukum, di mana jutaan pasang mata ikut menyaksikan jalannya sidang.
Kolom komentar Instagram pun langsung dibanjiri ribuan reaksi keras warganet.
“Jangan drama doang, hukumannya harus nyata!” tulis seorang netizen.
“Sidang live, tapi nanti ujung-ujungnya bebas? Netizen tidak lupa,” sambung lainnya.
“Percuma pakai baju hijau kalau hati tetap hitam,” tambah komentar pedas lain.
Bahkan ada yang menyebut, “Lebih seru daripada nonton sinetron prime time.”
Fenomena ini membuat publik merasa seolah-olah ikut menjadi hakim, menjatuhkan vonis lebih cepat daripada pengadilan resmi.
Kronologi Kasus
Kasus bermula dari tragedi di kawasan Pejompongan, Jakarta Pusat, saat aksi demonstrasi menolak kenaikan tunjangan DPR. Sebuah kendaraan taktis (rantis) Brimob dilaporkan menabrak dan melindas Affan Kurniawan, hingga tewas di tempat.
Insiden brutal itu memicu amarah massa ojol dan warga, yang kemudian membakar pos polisi di bawah Flyover Senen.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo telah menyampaikan permintaan maaf resmi, berjanji mengusut tuntas kasus ini, dan memastikan keadilan bagi keluarga korban.
Presiden Prabowo Subianto juga turun tangan, menyampaikan belasungkawa sekaligus menegaskan kekecewaannya terhadap aparat yang bertindak di luar batas.
“Saya sangat sedih atas meninggalnya almarhum Affan Kurniawan. Pemerintah akan menjamin kesejahteraan keluarganya. Aparat yang bersalah harus diproses tuntas,” tegas Prabowo.
Kini, kasus ini memasuki babak baru. Tidak hanya diawasi Propam, tetapi juga menjadi tontonan publik di media sosial.
Transparansi ini menimbulkan dua sisi: di satu sisi dianggap terobosan, di sisi lain memunculkan fenomena baru, ketika netizen merasa menjadi hakim di ruang digital.









