Terkuak! di Balik Penembakan 5 WNI, Sosok Malik “Otak Penyelundupan” ke Malaysia?

Foto Ilustrasi Penembakan WNI di Malaysia

inetnews.co.id — Nama Malik mencuat dalam kasus penembakan lima pekerja migran Indonesia (PMI) oleh otoritas Malaysia. Sosok ini diduga kuat sebagai dalang penyelundupan PMI ilegal yang menjadi korban insiden tragis tersebut.

Dugaan ini terungkap setelah Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Malaysia dan Atase Polri di Malaysia melakukan wawancara dengan dua warga negara Indonesia (WNI) yang selamat dari insiden penembakan di perairan Tanjung Rhu, Selangor, Malaysia.

Kedua WNI tersebut mengungkap bahwa mereka membayar sejumlah uang kepada Malik agar bisa keluar atau masuk ke Malaysia melalui jalur ilegal.

Tarif Mahal untuk Jalur Ilegal: Peran Malik di Balik Penyelundupan

Dari hasil wawancara, diketahui bahwa Malik menerima bayaran antara 1.200 hingga 1.500 ringgit (sekitar Rp5,5 juta) per orang untuk membantu PMI ilegal pulang ke Indonesia.

“Ada dua orang yang berhasil kami wawancarai. Mereka mengaku membayar sekitar 1.200 hingga 1.500 ringgit kepada seseorang bernama Malik agar bisa pulang ke Dumai melalui jalur tidak resmi,” ujar Atase Polri di Malaysia, Kombes Juliarman Eka Putra Pasaribu, Rabu (29/1/2025), dikutip dari Kompas TV.

Saat ini, otoritas Malaysia masih menelusuri apakah Malik merupakan bagian dari jaringan penyelundupan tenaga kerja ilegal atau hanya seorang perantara individu.

Kronologi Penembakan di Perairan Tanjung Rhu

Insiden penembakan ini bermula ketika Agensi Penguatkuasa Maritim Malaysia (APMM) memergoki kapal yang membawa sejumlah PMI ilegal melintas di perairan Tanjung Rhu, Selangor, pada Jumat (24/1/2025).

Menurut Kepolisian Diraja Malaysia (PDRM), kapal tersebut ditembaki karena diduga melakukan perlawanan terhadap petugas.

Akibat insiden tersebut, satu WNI meninggal dunia, sementara empat lainnya mengalami luka-luka. Dari lima korban, hanya satu yang memiliki dokumen identitas berupa paspor.

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI telah mengirimkan nota diplomatik kepada pemerintah Malaysia, mendesak penyelidikan atas insiden penembakan tersebut. Kemlu juga menyoroti dugaan penggunaan kekuatan berlebihan oleh aparat Malaysia.

Korban Bantah Lakukan Perlawanan

Dalam upaya mencari kejelasan, Kemlu RI bersama KBRI Kuala Lumpur menemui empat korban luka yang saat ini dirawat di RS Serdan dan RS Klang, Malaysia.

Dalam pertemuan tersebut, dua korban berinisial HA dan MZ asal Riau membantah klaim otoritas Malaysia bahwa mereka melakukan perlawanan menggunakan senjata tajam.

“Keduanya menyatakan bahwa tidak ada perlawanan dari penumpang kapal terhadap aparat APMM,” ungkap Direktur Perlindungan WNI Kemlu RI, Judha Nugraha.

Saat ini, HA dan MZ dalam kondisi stabil setelah mendapatkan perawatan medis.

Sementara itu, dua korban lainnya masih dalam kondisi kritis pascaoperasi sehingga belum dapat dimintai keterangan lebih lanjut.

Pemerintah Indonesia Beri Pendampingan Hukum

Pemerintah Indonesia memastikan akan memberikan pendampingan hukum bagi para korban serta mengawal penyelidikan atas kejadian tersebut.

“Kami akan terus mendampingi para WNI, termasuk memastikan hak-hak mereka terlindungi melalui KBRI dan konsuler di Malaysia,” tegas Juliarman Eka Putra Pasaribu.

Kasus ini menambah panjang daftar insiden yang menimpa pekerja migran Indonesia di luar negeri. Pemerintah Indonesia mendesak agar pemerintah Malaysia segera mengusut tuntas kasus ini serta memberikan keadilan bagi korban dan keluarga mereka. Sementara itu, nama Malik masih menjadi misteri yang perlu diungkap lebih lanjut oleh otoritas terkait.

Editor: Id Mr

Follow Berita Inetnews.co.id di Google News

 

Exit mobile version