inetnews.co.id — Publik Singapura digemparkan oleh penangkapan seorang remaja laki-laki berusia 17 tahun yang diduga kuat merencanakan serangan teror ke lima masjid berbeda dengan target membunuh sedikitnya 100 jamaah saat pelaksanaan Salat Jumat.
Remaja tersebut diamankan pada Maret 2025 oleh Departemen Keamanan Dalam Negeri Singapura (ISD) berdasarkan Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri (ISA). Menurut rilis resmi yang dikeluarkan ISD pada Rabu (2/4/2025), rencana keji tersebut berhasil digagalkan sebelum sempat dilaksanakan.
“Pelaku memiliki pandangan Islamofobia yang ekstrem serta kebencian mendalam terhadap komunitas Muslim dan Melayu,” ujar juru bicara ISD.
BACA JUGA
ikuti kejurnas pelti nasional atlet pelti gowa raih runner up di jakarta
Target Serangan ke Lima Masjid Strategis
Dalam dokumen perencanaan yang ditemukan oleh aparat keamanan, pelaku telah menentukan lima masjid utama sebagai target serangan, yakni:
Masjid Jurong West, Masjid Clementi, Masjid Margaret Drive, Masjid Admiralty Road, serta Masjid Beach Road
Pelaku merancang serangan tersebut terinspirasi dari tragedi penembakan brutal di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, tahun 2019, yang menewaskan puluhan orang. Ia diyakini ingin meniru aksi teror serupa.
Tersebar di Media Sosial dan Jaringan Ekstremis
Lebih lanjut, pelaku diketahui aktif menyebarkan ujaran kebencian dan konten ekstremis di media sosial. Ia bahkan sempat berinteraksi secara provokatif dengan sejumlah Muslim secara daring, semata-mata untuk menyerang ajaran Islam.
Penyelidikan terhadap remaja ini dilakukan setelah pihak keamanan mengendus keterkaitannya dengan ekstremis lain, Nick Lee (18), yang sebelumnya ditahan ISD pada Desember 2024. Meskipun mereka tidak pernah bertemu secara langsung, keduanya sering bertukar konten radikal melalui platform digital.
“Radikalisasi bisa terjadi secara diam-diam dan menyasar generasi muda. Ini alarm bahaya bagi kita semua,” kata seorang pengamat keamanan regional.
Pemeriksaan Masih Berlangsung
Hingga kini, ISD masih terus melakukan investigasi untuk menggali lebih jauh potensi jejaring ekstremisme yang memengaruhi remaja tersebut. Tidak ditemukan korban jiwa, namun rencana ini menunjukkan bahwa ancaman radikalisasi dan terorisme di dunia maya semakin nyata, bahkan di negara multikultural seperti Singapura.
Otoritas menyerukan peran aktif keluarga dan institusi pendidikan dalam mendeteksi perubahan perilaku anak muda sejak dini, serta mendorong dialog antaragama yang sehat untuk mencegah tumbuhnya benih kebencian.
Editor : ID Mr
Follow Berita Inetnews.co.id di Google News