inetnews.co.id — Afrika menghadapi lonjakan luar biasa dalam kasus cacar monyet atau mpox sepanjang tahun ini, dengan lebih dari 48.000 laporan kasus, termasuk lebih dari 10.000 yang terkonfirmasi positif dan 1.048 kematian, menurut data terbaru dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika (CDC Afrika).
Angka ini mencerminkan peningkatan drastis lebih dari 500 persen dibandingkan dengan total kasus yang tercatat pada tahun 2023.
Dalam perkembangan terakhir, Republik Demokratik Kongo dan Burundi menjadi pusat penyebaran wabah ini, menyumbang sekitar 94 persen dari semua kasus terkonfirmasi baru.
Sepanjang minggu lalu, dilaporkan tambahan 2.766 kasus baru, termasuk 1.254 kasus yang terkonfirmasi serta 34 kematian.
Mauritius pun baru-baru ini melaporkan kasus pertama cacar monyet, menjadikannya negara ke-19 di Afrika yang terdampak.
Ini menambah kekhawatiran bahwa penularan lintas batas dan transmisi melalui kontak dekat, termasuk kontak seksual, mempercepat penyebaran virus ini di beberapa wilayah.
CDC Afrika menyatakan bahwa kawasan Afrika Tengah menjadi daerah paling terdampak, dengan menyumbang sekitar 85,7 persen dari total kasus dan 99,5 persen kematian.
Menanggapi situasi ini, pada pertengahan Agustus, CDC Afrika mengumumkan status Darurat Kesehatan Masyarakat yang Mengancam Keamanan Benua (PHECS). Status darurat ini pun kemudian diikuti oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang menyatakan peringatan global terkait wabah cacar monyet ini.
Para ahli kesehatan menekankan pentingnya upaya pencegahan yang lebih ketat serta langkah-langkah mitigasi untuk membendung penyebaran virus ini. Peringatan dari CDC Afrika dan WHO ini menjadi seruan bagi masyarakat internasional untuk meningkatkan dukungan terhadap negara-negara Afrika yang terdampak
Editor: Id/Mr
Follow Berita Inetnews.co.id di Google News