inetnews.co.id — Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, menyatakan keyakinannya bahwa kelompoknya siap menghadapi perang besar-besaran melawan Israel.
Dalam pidato yang disiarkan di televisi pada Rabu (19/6/2024), Nasrallah menegaskan kekuatan tentaranya kini dilengkapi dengan senjata dan kemampuan intelijen yang dimiliki.
Pidato ini disampaikan dalam rangka mengenang komandan militer Hizbullah yang tewas akibat serangan udara Israel pekan lalu.
Kekuatan Senjata dan Intelijen Hizbullah
Nasrallah menolak mengungkapkan jenis senjata yang akan digunakan dalam melawan Israel, namun ia menegaskan bahwa kini memiliki senjata baru yang akan terlihat di garis depan ketika keputusan untuk perang telah diambil.
“Kami sekarang punya senjata baru. Tapi saya tidak akan mengatakan senjata apa itu. Ketika keputusan sudah diambil, mereka akan terlihat di garis depan,” ujarnya, seperti dikutip dari Associated Press.
Dalam pidatonya, Nasrallah juga menyoroti kemampuan militermya dalam menyusupkan drone pemantau ke wilayah sensitif Israel.
Ia merujuk pada sebuah video yang diduga direkam oleh drone pengintai, menunjukkan bagian dari Haifa, sebuah kota pelabuhan di perbatasan Israel-Lebanon.
Eskalasi Konflik dan Ancaman Regional
Nasrallah menyatakan bahwa perang ini akan memiliki implikasi regional. Hizbullah berencana menyerang negara-negara yang mendukung Israel, termasuk Siprus yang menjadi tuan rumah bagi pasukan Israel untuk latihan militer.
Ia menegaskan bahwa satu-satunya cara untuk menghentikan tindakan Hizbullah di perbatasan Lebanon-Israel adalah dengan mencapai gencatan senjata di Jalur Gaza.
Sejak perang di Gaza meletus Oktober tahun lalu, Hizbullah telah menggunakan drone berbahan peledak buatan lokal serta rudal permukaan ke udara untuk melawan jet Israel.
Nasrallah mengklaim bahwa jumlah pejuang Hizbullah kini jauh lebih tinggi dari 100.000, meskipun ia menolak tawaran dari negara-negara sekutu dan milisi di wilayah tersebut untuk menambah jumlah anggota milisinya.
Tanggapan Israel dan Potensi Perang Besar
Serangan Hizbullah meningkat setelah Israel memperluas okupasi ke kota Rafah di Gaza selatan.
Ketegangan memuncak setelah serangan Israel menewaskan komandan tinggi, Taleb Sami Abdullah, minggu lalu.
Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, menyatakan bahwa langkah lanjutan akan diambil untuk merespons tindakan militer yang dinilai membahayakan.
Katz mengindikasikan bahwa perang besar-besaran antara Hizbullah dan Israel mungkin tidak terelakkan.
“Kita semakin dekat dengan keputusan untuk mengubah aturan main melawan Hizbullah dan Lebanon. Dalam perang habis-habisan, akan dihancurkan, dan Lebanon terpukul habis-habisan,” cuitnya di platform X pada Selasa (18/6/2024).
Selama sembilan bulan terakhir, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 400 orang di Lebanon, sebagian besar dari mereka adalah tentara Hizbullah.
Namun, 80 di antaranya merupakan warga sipil dan non-kombatan. Di Israel utara, 16 tentara dan 11 warga sipil tewas akibat serangan yang dilancarkan dari Lebanon.
Editor: Id/Mr
Follow Berita Inetnews.co.id di Google News