banner 728x250

Terharu dan Keterlaluan, Keluarga Miskin di Gowa Ditolak Dimakamkan di Lingkungan Setempat

Gowa, inetnews.co.id – Kasihan Lantaran miskin warga Kelurahan Tamarunang Kecamatan Somba Opu ini harus kembali menelan pahit, pasalnya setelah ditolak di makamkan di pemakaman di lingkungan tempat keluarganya tinggal selama 40 Tahun.

Warga tersebut bernama Amir Dg Naba (60), sosok Bapak dengan 10 anak ini dikenal warga yang bekerja sebagai tukang batu dengan meninggalkan sang istri tercinta bernama Subaeda (57),

Almarhum Amir Dg Naba menghembuskan nafas terakhir di RS Wahidin Sudirohusodo pada Senin.(07/08/) sekira pukul 10:00 WITA, akibat penyakit paru-paru basah yang dideritanya selama bertahun-tahun.

Adapun jarak dari rumah duka kurang lebih 200 meter dari kantor Lurah Tamarunang ini.

Tangis pilu pun kembali pecah, peristiwa demi peristiwa datang membuat keluarga ini pun makin tak berdaya. Kenyataan baru, saat ini, mereka tak memiliki cukup biaya lagi untuk membeli lahan perkuburan.

” Disamping pemakaman Dato, saya diperlihatkan letak pemakaman yang masih kosong. Saya diberikan harga Rp 7,5 Juta. Tapi uang kami tidak cukup,” kata Agus, menantu  Almarhum Amir Dg Naba, Selasa (8/8/23) pagi.

Agus juga mengaku dirinya harus bolak-balik mendatangi pengurus pemakaman, yang berada di jalan Dato’ Penggentungan agar ayahandanya bisa diterima.

“Sudah patungan hingga terkumpul hanya Rp 5 Juta. Bapak tidak dimakamkan disana, tapi di Mappala Palangga,” ungkapnya lagi

Sayangnya Agus engan menceritakan lebih jauh, dibalik keluarga memilih Ayahandanya itu dimakamkan di tempat lain.

Namun informasi yang berkembang, pengurus pemakaman dijalan Dato’ Penggentungan tetap menolak dengan alasan Amir Dg Naba bukan warga asli Tamarunang.

“Pengurus pemakaman menolak karena bukan warga asli Tamarunang, pengurus disana minta jaminan dari kepala lingkungan (H.Basir). Setelah didatangi Pak Lingkungan malah marah-marah,” kata Weni salah seorang kerabat Almarhum Amir Dg Naba menambahkan

Bahkan menurut Weni, pejabat lingkungan itu terkesan tidak ingin pusing terhadap warga yang sedang kesusahan.

” Pak lingkungan bilang, saya tidak mengurusi hal itu, saya hanya mengurusi PBB (Pajak Bumi dan Bangunan), itulah sebabnya kita mencari tempat lain. Padahal Pak Amir ini sudah menjadi warga Tamarunang selam 40 tahun.” Sesal Weni.

Suasana Dirumah Duka(*)

Sementara itu, Lurah Tamarunang Muchtar Ninra, yang dikonfirmasi oleh Wartawan membenarkan kejadian tersebut. Hanya saja hasil penelusuran pihak kelurahan perseteruan itu, menurutnya sekedar kesalah pahaman.

” Iya benar, hanya saja kesalah pahaman. Pak Lingkungan sudah memberikan bantuan sebesar Rp.300 Rb untuk tambahan biaya pemakaman,” kata Muchtar Ninra (8/8/23)

Muchtar Ninra pun juga menjelaskan bahwa pemakaman di Kelurahan Tamarunang terdapat tiga titik lokasi, hanya saja dua pemakaman disekitar jalan Dato Panggetungan itu bukan pemakaman umum.

” Yang dua itu adalah pemakaman keluarga. Didepan pemakaman Selayar itu dibuka secara umum. Dan itu sudah dikasih jalan, hanya memberikan biaya penggalian sebesar Rp 500 Rb untuk petugas disana,” jelas Muchtar

Mengenai sikap kepala lingkungan Tamarunang terhadap warganya, Muchtar Ninra pun menegaskan hanya sekedar kesalah pahaman yang mesti diluruskan.

” Pak Lingkungan mengatakan itu (bukan urusan lingkungan), sebab pemakaman yang dimaksud itu bukan  pemakaman Umum, namun khusus keluarga,” pungkasnya(*)

 

Red

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Isi Berita Ini Telah Dilindungi Hak Cipta Cess